Petenis berusia 23 tahun memperlihatkan performa yang biasanya ia perlihatkan demi membenamkan petenis unggulan kedua, Alexander Zverev dengan 6-3, 7-6, 6-3 di final, sehingga ia berhasil menjadi juara Australian Open untuk kali kedua secara beruntun.

Petenis unggulan pertama tidak memberi banyak peluang dari area bseline dan tidak menghadapi satu pun peluang break point di final yang berlangsung selama 2 jam 42 menit. Kini ia menjadi petenis putra Italia pertama yang memenangkan tiga gelar Grand Slam nomor tunggal.

“Kami banyak berlatih agar bisa di posisi ini dan ini perasaan yang mengagumkan berbagi momen ini bersama anda semua,” seru Sinner.

“Saya tahu bagian dari tim berada di rumah dan keluarga saya, tetapi sungguh mengagumkan bisa berbagi perasaan ini dengan anda. Saya tahu Darren (Cahill), ini mungkin Australian Open terakhirmu sebagai seorang pelatih dan saya merasa sangat, sangat gembira bisa berbagi trofi ini bersamamu. Semua hal dimulai sedikit ketika saya mengubah kombinasi pelatih dan fisioterapis saya. Saya merasa sangat senang mendapati anda semua di sini.”

Petenis unggulan pertama memiliki ketangguhan yang tidak terbantahkan. Itu merupakan ketangguhan yang sama seperti yang ia perlihatkan dalam 12 bulan terakhir, ketangguhan yang mengantarkannya menuju kemenangan di ketiga final Grand Slam pertama dalam kariernya. Ia pun menjadi petenis putra kedelapan di Open Era yang menorehkan pencapaian tersebut.